Minggu, 01 April 2012

MY REVIEW "Dik, Jangan Dik," Kisah Polisi Dalam Kepungan Massa Jl Diponegoro

"Dik, Jangan Dik," Kisah Polisi Dalam Kepungan Massa Jl Diponegoro

E Mei Amelia R - detikNews

FOTO: Mobil Resmob dibakar (Antara)

Jakarta - Kamis (29/3) malam lalu, suasana di depan kampus UPI-YAI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat tampak mencekam. Ratusan mahasiswa melakukan aksi bakar ban dalam demo menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) itu.

Saat itu, aksi unjuk rasa berubah menjadi liar tidak terkendali. Para pendemo tidak hanya membakar ban, namun Pospol yang terletak di antara kampus UKI dan UPI-YAI juga ikut dirusak massa yang mengamuk. Setelah merusak Pospol dengan batu, massa juga membakar motor milik anggota Polsek Senen yang diparkir di Pospol tersebut.

Massa juga memblokade Jalan Diponegoro mulai dari depan kantor LBH Jakarta hingga ke arah Salemba. Massa juga melakukan sweeping terhadap pengendara yang melintas. Bahkan, massa juga mengeroyok Kapolsek Senen Kompol Iman Zebua yang saat itu bertugas di lokasi. Kompol Iman pingsan dan dilarikan ke UGD RSCM setelah dihajar massa.

Ratusan aparat polisi dari Polres Jakarta Pusat tidak dapat menahan amukan massa yang sudah brutal itu. Untuk mengendalikan massa yang sudah brutal itu, Kepolisian Daerah Metro Jaya mengirimkan pasukan tambahan.

Termasuk salah satunya tim dari Subdit Resmob Polda Metro Jaya diperintahkan untuk ikut mengendalikan massa. Kepala Subdit Resmob Polda Metro Jaya, AKBP Herry Heryawan saat itu memimpin langsung 7 anggotanya.

"Setelah menerima informasi Kapolsek Senen dikeroyok, saya bersama anggota saya menuju ke TKP sekitar pukul 20.15 WIB," kata Herry.

Saat itu, Herry dan 7 anggotanya berangkat beriringan dari Mapolda Metro Jaya dengan menggunakan tiga unit mobil. Herry saat itu menumpang mobil Kijang LX tahun 2001 yang bertanda khusus, tulisan 'RESMOB' pada body samping kiri-kanan dan belakangnya.

"Saat itu, mobil Resmob yang saya dan dua anggota saya tumpangi berada paling depan, untuk membuka jalan karena saat itu jalanan macet," katanya.

Dalam situasi seperti itu, petugas memang harus cepat berada di lokasi. Untuk membuka jalur, Herry menyalakan rotator dan sirine pun menyalak. Melalui pengeras suara, anggotanya menghalau pengendara untuk meminggirkan kendaraannya.

"Sesampainya di lokasi, di depan LBH ternyata jalanan sudah terblokir," ujarnya.

Saat itu, mobil Resmob yang ditumpangi Herry dan anggotanya terhalang Kopaja. Saat itu pula, puluhan orang berlarian ke arah mobil Resmob yang ditumpangi Herry dan dua anak buahnya.

"Kami saat itu tidak mengira kalau massa akan memburu kami. Tetapi rupanya mereka semakin mendekati mobil kami," katanya.

Karena jumlah anggota yang sedikit tidak seimbang dengan massa yang banyak, Herry kemudian memutuskan untuk memerintahkan anggotanya yang berada dalam dua unit mobil di belakangnya agar putar balik, menghindar massa. Dua mobil yang ditumpangi anggotanya berhasil memutar balik kendaraannya. Namun nahas, mobil Resmob yang ditumpangi Herry dan dua anak buahnya tidak sempat memutar balik karena terhadang Kopaja.

Massa yang beringas merusak mobil Resmob yang sedang ditumpangi Herry dan dua anggotanya itu. Massa kemudian mengguncang-guncangkan mobil Resmob tersebut. Di tengah situasi seperti itu, Herry mencoba menenangkan massa untuk tidak berbuat anarki.

"Saya sudah bilang ke mereka, Dik jangan Dik. Kita ke sini untuk memberikan pengamanan. Kita bukan musuh kalian," ujarnya kala itu.

Namun massa tidak mempedulikan imbauan Herry kala itu. Massa terus menghancurkan mobil Resmob. Dalam situasi seperti itu, Herry pun memerintahkan dua anak buahnya yang ikut bersamanya untuk turun dari mobil. Herry saat itu sempat tergencet, hampir tidak dapat meloloskan diri dari amukan massa.

Dengan sekuat tenaga, Herry mencoba mendorong pintu mobil yang sudag dikepung massa. Ia kemudian menyelamatkan diri bersama dua anggotanya, menuju ke Mteropole yang letaknya berjarak sekitar 10 meter dari lokasi kejadian. Massa kemudian mengejar Herry dan anak buahnya.

"Kami dikeroyok oleh mahasiswa. Kami bergumul dengan tangan kosong," katanya.

Mobil Dibakar

Setelah berhasil meloloskan diri dari amukan, massa kemudian membakar mobil Resmob. Seketika, Jalan Diponegoro berubah mencekam. Api memerah keluar dari mobil Resmob. Herry saat itu hanya bisa menatap mobil dinas anggota yang hanya satu-satunya itu.

Beberapa saat setelah aksi pembakaran mobil Resmob, petugas gabungan dari Polda Metro Jaya datang ke lokasi membubarkan massa. Menjelang Jumat (30/3) dini hari, massa baru terkendali. Pasca kejadian itu, petugas kemudian melakukan sweeping ke kantor LBH Jakarta.

"Kami mendapat informasi kalau massa bersembunyi ke kantor LBH Jakarta," ujar Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKBP Nico Afinta.

Petugas kemudian menggeledah tiap lantai kantor LBH. Di lantai satu, petugas menemukan ratusan tas milik mahasiswa. Dari hasil penggeledahan, petugas menemukan spanduk, bendera bergambar lambang Nazi, tiga bilah bambu, pecahan kaca, pecahan bemper mobil, batu dan dua buah ketapel.

Di lokasi, petugas juga mengamankan 53 mahasiswa yang saat itu bersembunyi di lantai 2 kantor LBH. Kepala Subdit Keamanan Negara (Kamneg) Polda Metro Jaya, AKBP Daniel Bolly Tifaona menyatakan, seluruhnya ditetapkan sebagai tersangka karena telah melakukan perusakan, pembakaran dan pengeroyokan.

Daniel mengatakan, kelimapuluh tiga mahasiswa tersebut dijerat dengan pasal 187 KUHP tentang pembakaran jo 170 KUHP tentang pengeroyokan terhadap orang dan benda jo pasal 164 KUHP tentang pemufakatan melakukan kejahatan.

"Mereka telah melakukan perusakan terhadap benda seperti mobil Resmob, motor dan pembakaran pospol," kata Bolly.

Bolly melanjutkan pihaknya memiliki bukti kuat bahwa para pelaku melakukan aksi anarki di lokasi saat melakukan aksi demo menolak kenaikan harga BBM di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat pada Kamis (28/3) sore lalu.

"Ada bukti, kita tidak akan menahan kalau tidak ada alat bukti dong," ujarnya

Tanggapan : In my opinion every act is based on how they've been treated, but anarchism is'nt allowed for any conclusion. It's just making worse the situation. Imagine there's many people or citizen could be a victim of this situation Whereas they dont have any direct business at this problem. we must realize that police and even student too, we were people/citizen.
all we must do is keep calm of reacting all the situation, our house of people's representatives must be had the best reason in every policy. And stay positively think. :D

SRI UTAMI N 3EB13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar