Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif adalah suatu penalaran yang berawal pada suatu peristiwa umum,
yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada
suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi
operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori
tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep
dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Entimen (silogisme yang diperpendek)
Entimen
merupakan jenis silogisme yang tidak memunculkan Premis Umum,langsung
dimulai dengan KEsimpulan dan Premis khusus sebagai penyabab.
Contoh:
Silogisme:
Premis Umum: Orang yang baik tidak mau berbohong
Premis Khusus: Tino orang yang baik
Kesimpulan Tino tidak mau berboohong
Entimen
Tino tidak mau berbohong sebab ia orang yang baik.
Silogisme
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut
premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan
disebut premis minor.
Semua
mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk
mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Yang
perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak demikian terlihat, entah di realita pembicaraan
sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, dalam menyimak atau mendengarkan atau menerima pendapat
seseorang, kita perlu berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran
yang digunakan sehingga kita dapat menilai seberapa tingkat kualitas
kesahihan pendapat itu. Dalam hal seperti ini kita perlu mnenentukan:
1) kesimpulan apa yang disampaikan;
2) mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya
3) menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
Berdasarkan
hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen,
pendapat, alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan
demikian, secara kritis kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang
cerdik, pintar, arif, dan tidak menerima begitu saja kebenaran / opini
yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan hal inilah akhirnya kita mampu
menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak suatu pendapat yang kita
terima.
contoh:
Premis Umum : Orang yang baik selalu membuat orang nyaman.
Premis Khusus: Rina adalah muslim yang baik
Kesimpulan: Rina selalu membuat orang nyaman.
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotesis yaitu Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila
premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Bila minornya
Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh silogisme hipotesis :
Premis Umum : Semua pelajar tidak boleh merokok sebelum umur 17 tahun.
Premis kHusus : Tino adalah pelajar
Kesimpulan : Tino tidak boleh merokok sebelum umur 17 tahun.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh silogisme alternatif :
Premis Umum : Nana masuk sekolah atau absen
Premis Khusus: Nana absen
Kesimpulan : Jadi, Nana tidak masuk sekolah
sumber : http://aristobe74.blogspot.com
wikipedia.com
sri utami n 24209121 3eb13